blog
DepositoBPR by Komunal
24 Januari 2024
Pada dasarnya, bubble economy adalah keadaan ketika harga atau nilai suatu aset meningkat pesat melebihi nilai intrinsik dari aset tersebut. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan harga aset mengalami penurunan drastis akibat kehilangan nilainya sama sekali.
Supaya lebih paham, kamu bisa mempelajari apa itu bubble economy selengkapnya melalui artikel berikut ini.
Pernahkah kamu mendengar apa itu bubble economy sebelumnya? Bubble economy atau gelembung ekonomi adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan kenaikan harga barang, terutama properti atau aset secara cepat.
Fenomena ini diibaratkan dengan sebuah gelembung yang ditiup terlalu cepat agar bisa segera membesar, namun lama-kelamaan akan pecah juga. Artinya, harga aset atau properti yang meningkat sangat cepat bisa tiba-tiba terjun bebas karena kehilangan nilainya.
Secara umum, fenomena bubble economy sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis, di antaranya sebagai berikut.
Terdapat beberapa kondisi yang kerap menyebabkan terjadinya bubble economy. Berikut penjelasan selengkapnya.
Penyebab bubble economy yang pertama adalah adanya likuiditas uang yang berlebihan. Kondisi ini membuat masyarakat bisa membeli barang apapun meski harganya sangat mahal.
Namun, setelah beberapa waktu, barang tersebut bisa menjadi tidak bernilai yang membuat harganya menjadi turun drastis.
Faktor penyebab terjadinya gelembung ekonomi selanjutnya adalah banyaknya orang yang berperilaku FOMO.
Perlu kamu tahu, FOMO atau fear of missing out merupakan keadaan yang membuat seseorang tidak mau ketinggalan tren yang sedang ada.
Namun di dalam finansial, perilaku ini sangat berisiko karena bisa membuat seseorang melakukan transaksi hanya sekadar ikut-ikutan.
Ini bisa menyebabkan harga suatu barang melambung tinggi. Namun, ketika trennya menurun, harga barang tersebut bisa ikut jeblok sehingga merugikan investor.
Gelembung ekonomi juga bisa terjadi saat banyak investor yang percaya berlebihan terhadap nilai dari suatu aset. Akibatnya, investor akan terus berinvestasi pada suatu aset dan berharap mendapatkan keuntungan berlipat.
Namun pada akhirnya, harga produk tersebut bisa turun drastis atau bahkan membuatnya menjadi tidak bernilai lagi yang dapat membuat mereka mengalami kerugian dalam jumlah besar.
Penyebab bubble economy yang terakhir adalah adanya kebijakan pemerintah yang tidak tepat. Misalnya, pemerintah menetapkan suatu aturan yang membuat negara terus mengalami deflasi sehingga memicu terjadinya gelembung ekonomi.
Kamu bisa mengidentifikasi terjadinya siklus bubble economy melalui ciri-ciri tertentu, di antaranya sebagai berikut.
Bubble economy pada dasarnya dapat terjadi melalui beberapa tahap, mulai dari displacement, boom atau bloom, euphoria, profit taking, dan panic. Berikut masing-masing penjelasannya.
Displacement adalah tahapan ketika investor mulai tertarik untuk menanamkan modal pada instrumen investasi yang dianggap menguntungkan.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi, persentase bunga, dan lain sebagainya.
Boom atau bloom adalah tahapan ketika minat para investor yang meningkat menyebabkan harga instrumen tersebut cepat meninggi. Hal ini membuat banyak investor menganggap keuntungan berinvestasi di instrumen tersebut lebih terjamin.
Euphoria adalah keadaan di mana banyak orang mulai berlomba-lomba untuk mengikuti tren investasi karena iming-iming jaminan keuntungan dari meningkatnya harga instrumen terkait.
Pada tahapan ini, harga objek yang mengalami gelembung ekonomi akan meningkat tajam akibat membludaknya permintaan (demand).
Siklus bubble economy berikutnya adalah profit taking, yaitu kondisi ketika investor menjual berbagai aset yang mereka miliki untuk mendapatkan keuntungan.
Hal ini menyebabkan banyak orang yang kaya mendadak karena memperoleh keuntungan besar dari instrumen investasi terkait.
Namun, kekayaan tersebut biasanya hanya dialami oleh beberapa orang saja, sementara mayoritas investor akan terus menimbun asetnya dengan harapan menjadi lebih kaya di masa mendatang.
Dalam tahapan terakhir dari bubble economy, harga aset akan turun drastis akibat banyaknya investor yang mulai menjual aset tersebut besar-besaran. Akibatnya, investor akan mengalami kerugian dalam jumlah banyak karena aset sudah tidak bernilai serta kehilangan peminat.
Fenomena gelembung ekonomi pernah terjadi secara nyata di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, fenomena ini berlangsung bersamaan dengan krisis moneter pada tahun 1998.
Pada masa tersebut, Bank Indonesia memberikan bantuan pinjaman kepada bank-bank melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Namun, karena krisis moneter 1998 membuat mata uang rupiah melemah, para kreditur tidak bisa melunasi utangnya kepada bank yang menyebabkan kredit macet sehingga merugikan perbankan nasional.
Agar tidak terjebak dalam gelembung ekonomi, sebaiknya kamu melindungi diri dengan menerapkan beberapa cara berikut ini.
Alangkah baiknya untuk melakukan analisis terhadap suatu hal yang sedang tren terlebih dahulu sebelum membuat keputusan finansial.
Cara melindungi diri dari bubble economy selanjutnya adalah menghindari instrumen investasi yang menawarkan keuntungan terlalu besar dan tidak realistis. Pastikan untuk membuat keputusan investasi secara cerdas dengan mengenali profil risiko masing-masing.
Untuk menghindari gelembung ekonomi, kamu juga perlu membuat keputusan finansial secara bijak dan sesuai dengan kebutuhan diri sendiri.
Hindari mengikuti spekulasi pasar mengenai suatu objek dalam memutuskan aktivitas investasi, sebab hal ini berisiko menjebak kamu menjadi korban dari gelembung ekonomi di masa mendatang.
Pada intinya, kamu perlu memikirkan dengan matang sebelum membuat keputusan investasi agar terhindar dari fenomena bubble economy.
Ada berbagai jenis instrumen investasi yang bisa digunakan untuk diversifikasi investasi, salah satunya adalah deposito. Pasalnya, deposito menawarkan suku bunga cenderung stabil dan minim risiko.
Supaya #LebihUntung, kamu juga bisa menempatkan deposito melalui DepositoBPR by Komunal. Kenapa? Karena DepositoBPR by Komunal menyediakan produk deposito dari BPR yang menawarkan suku bunga lebih tinggi dari bank umum, yaitu mencapai 6,75% per tahun.
Tenang, platform kami juga sudah tercatat dan diawasi oleh OJK. Jadi, kamu bisa berinvestasi dengan #LebihAman.
Tunggu apalagi? Mari #PilihYangTepat untuk menikmati #SimpananRasaInvestasi bersama DepositoBPR by Komunal!
Layanan Pengaduan Konsumen
PT. Komunal Sejahtera Indonesia
Telepon : (+62) 31 9921 0252
WhatsApp : +62-851-6310-6672
Email : [email protected]
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan RI
WhatsApp : +62-853-1111-1010