blog
DepositoBPR by Komunal
03 Agustus 2024
Secara garis besar, penetapan BI rate sebagai suku bunga acuan merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan perekonomian nasional di saat kondisi pasar global tidak stabil.
Pada Oktober 2023 kemarin, Bank Indonesia secara resmi menaikkan BI rate menjadi 6%. Suku bunga acuan tersebut naik dari yang sebelumnya 5,75% pada Januari 2023.
Ingin tahu dampak kenaikan suku bunga lebih lanjut? Simak pembahasan lengkapnya di bawah ini.
Apa penyebab dampak kenaikan suku bunga? Sebelum mengetahui dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian, ketahui dulu yuk apa kira-kira penyebab efek suku bunga naik.
Kenaikan suku bunga seringkali merupakan hasil dari kebijakan moneter yang lebih ketat yang diterapkan oleh bank sentral. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan inflasi yang meningkat, yang dapat mengurangi daya beli dan mempengaruhi perekonomian secara negatif. Dengan menaikkan suku bunga, pinjaman menjadi lebih mahal, yang cenderung mengurangi jumlah uang yang beredar dan menekan laju inflasi.
Ketika ekonomi tumbuh dengan cepat, permintaan untuk barang dan jasa meningkat, yang bisa menyebabkan harga-harga naik atau inflasi. Untuk mencegah ekonomi dari overheating dan untuk menjaga inflasi tetap terkendali, bank sentral mungkin akan menaikkan suku bunga. Langkah ini bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan tanpa memicu lonjakan harga yang tidak terkendali.
Ketika mata uang sebuah negara mengalami depresiasi, biaya impor bisa meningkat, yang berpotensi memicu inflasi. Untuk menstabilkan mata uang dan mengurangi tekanan inflasi ini, bank sentral mungkin akan menaikkan suku bunga. Kenaikan tersebut membuat investasi dalam mata uang tersebut lebih menarik, potensial meningkatkan nilai tukar mata uang.
Jika pemerintah menghadapi defisit anggaran yang besar, mereka mungkin perlu meminjam lebih banyak uang, yang dapat meningkatkan permintaan untuk kredit dan mendorong dampak kenaikan suku bunga. Tingginya suku bunga ini juga bisa menjadi langkah untuk menarik investor agar mau membeli surat berharga pemerintah.
Inflasi tidak hanya dipicu oleh kondisi domestik tetapi juga oleh tekanan harga dari pasar global, seperti kenaikan harga minyak atau komoditas lainnya. Ketika harga-harga global naik, bisa terjadi peningkatan inflasi di dalam negeri yang mendorong bank sentral untuk merespons dengan menaikkan suku bunga.
Ketidakpastian politik atau ekonomi sering kali menimbulkan kekhawatiran di antara investor dan pasar keuangan. Untuk menenangkan pasar dan mengurangi risiko, bank sentral mungkin akan menaikkan suku bunga sebagai cara untuk menstabilkan ekonomi dan menarik investasi.
Jika pasar mengantisipasi bahwa inflasi akan meningkat di masa depan atau ada perubahan lain dalam kondisi ekonomi, ekspektasi tersebut bisa menyebabkan dampak kenaikan suku bunga oleh bank sentral lebih awal. Ini adalah upaya proaktif untuk mengendalikan kondisi sebelum masalah yang diantisipasi terjadi.
Lonjakan dalam harga barang dan jasa dapat langsung berdampak pada tingkat inflasi. Bank sentral, dalam usaha untuk menjaga kestabilan harga, akan menaikkan suku bunga untuk mendinginkan permintaan ekonomi dan mengendalikan inflasi.
Ketika bank sentral di negara-negara besar seperti Amerika Serikat atau Uni Eropa menaikkan suku bunga mereka, sering kali ada efek domino yang terjadi di seluruh dunia. Negara-negara lain mungkin merasa perlu untuk menyesuaikan suku bunga mereka untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah keluarnya modal.
Dalam siklus ekonomi, ada masa di mana ekonomi mengalami ekspansi dan kontraksi. Ketika ekonomi memasuki fase ekspansi yang kuat, peningkatan suku bunga mungkin diperlukan untuk mencegah ekonomi tumbuh terlalu cepat dan tidak terkendali, yang bisa memicu inflasi atau gelembung aset.
Suku bunga mengalami kenaikan dan penurunan setiap bulannya. Di bulan Oktober 2023 kemarin, suku bunga acuan yang dikeluarkan Bank Indonesia tersebut berada pada angka 6%.
Lalu, apa yang terjadi ketika suku bunga naik? Berikut adalah beberapa dampak kenaikan suku bunga yang positif maupun negatif terhadap terhadap perekonomian di Indonesia:
Saat suku bunga BI naik, lembaga perbankan dan keuangan di Indonesia akan mengevaluasi bunga simpanan atau obligasi.
Biasanya, fenomena suku bunga acuan BI naik diikuti dengan kenaikan Bunga Pinjaman oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Ketika menghadapi kondisi ekonomi yang tidak stabil, maka kebijakan tertentu perlu dikeluarkan, salah satunya adalah menaikkan BI rate.
Saat suku bunga meningkat, harga barang-barang pokok di pasar yang sebelumnya melonjak akan lebih terkendali. Dengan begitu, daya beli masyarakat pun akan meningkat.
Dampak kenaikan suku bunga selanjutnya adalah menjaga kestabilan nilai rupiah di saat ekonomi global sedang tidak pasti.
Fenomena suku bunga BI naik tersebut dapat mencegah nilai mata uang Rupiah yang fluktuatif mengalami penurunan drastis di pasar global.
Suku bunga acuan yang dikeluarkan oleh BI utamanya ditujukan untuk menekan tingkat inflasi. Harga barang-barang pokok yang naik akan berangsur menurun ketika BI rate naik.
Kenaikan suku bunga dapat mendorong masyarakat menabung di bank dan mengalokasikan dana untuk berinvestasi pada aset tertentu.
Tidak hanya bagi investor dalam negeri, efek BI rate naik juga bisa dirasakan di pasar global.
Kebijakan tersebut mendatangkan keuntungan investasi yang cukup tinggi sehingga menarik perhatian investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
Adapun modal asing yang ditanamkan di Indonesia tidak bisa diambil dan dibawa keluar negeri. Dana asing tersebut akan diputar kembali untuk menjadi modal usaha di dalam negeri.
Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman untuk kartu kredit, pinjaman pribadi, dan hipotek juga meningkat. Hal ini membuat konsumen cenderung mengurangi pengeluaran mereka untuk menghindari beban utang yang lebih tinggi.
Dengan suku bunga yang lebih tinggi, pembayaran bulanan hipotek menjadi lebih mahal. Hal ini dapat mengurangi daya beli rumah, terutama bagi mereka yang baru pertama kali membeli rumah.
Suku bunga yang lebih tinggi menarik investasi asing, yang meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik. Akibatnya, nilai tukar mata uang tersebut menguat.
Efek BI rate naik meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan, membuat mereka lebih ragu untuk berinvestasi dalam proyek baru. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan bisnis.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi memaksa konsumen untuk mengurangi pembelian besar seperti mobil atau perabotan rumah tangga, karena mereka perlu membayar lebih banyak bunga.
Dengan menurunnya pengeluaran konsumen dan investasi bisnis, pertumbuhan ekonomi cenderung melambat. Ini bisa mempengaruhi penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat.
Perusahaan yang bergantung pada pinjaman untuk mendanai operasi mereka akan menghadapi biaya yang lebih tinggi. Ini bisa mengakibatkan kenaikan harga produk atau jasa.
Dalam upaya mengurangi biaya, perusahaan mungkin memilih untuk mengurangi jumlah tenaga kerja. Ini bisa meningkatkan tingkat pengangguran dalam jangka panjang.
Harga properti dan saham bisa turun karena suku bunga yang lebih tinggi membuat pembiayaan menjadi lebih mahal. Investor mungkin menjual aset untuk menghindari kerugian lebih lanjut.
Konsumen cenderung mengurangi utang mereka ketika suku bunga naik untuk menghindari biaya bunga yang lebih tinggi. Ini bisa mengarah pada pengelolaan keuangan yang lebih konservatif.
Dampak suku bunga naik, Investor mungkin lebih berhati-hati dalam membeli dan menjual aset di pasar modal, yang dapat mengurangi likuiditas pasar secara keseluruhan.
Bank bisa mendapat keuntungan lebih besar dari suku bunga yang lebih tinggi karena mereka dapat mengenakan bunga lebih tinggi pada pinjaman, sementara tetap membayar bunga yang lebih rendah pada simpanan.
Dengan suku bunga yang lebih tinggi, pembeli rumah menjadi lebih enggan untuk membeli properti. Ini dapat menyebabkan perlambatan dalam pasar properti dan menekan harga properti.
Dampak peningkatan suku bunga akan menyebabkan tarif kartu kredit naik, membuat konsumen harus membayar lebih banyak bunga jika mereka memiliki saldo utang yang belum lunas.
Mahasiswa dan orang tua mungkin mengurangi jumlah pinjaman pendidikan yang mereka ambil karena biaya pinjaman yang lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk melanjutkan pendidikan.
Negara yang memiliki utang dengan suku bunga mengambang mungkin akan melihat biaya pembayarannya meningkat, yang dapat mengakibatkan defisit anggaran yang lebih besar.
Dampak kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi nilai investasi pensiun, terutama bagi mereka yang memiliki portofolio obligasi. Ini bisa mengurangi pengembalian yang diharapkan.
Saat terjadi dampak suku bunga BI naik, penjualan mobil cenderung menurun karena konsumen merasa terbebani dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi. Ini bisa berdampak pada industri otomotif.
Dampak kenaikan suku bunga sering digunakan sebagai alat untuk menekan inflasi. Dengan mengurangi uang yang beredar, harga barang dan jasa dapat lebih terkendali.
Dampak kenaikan suku bunga dapat menciptakan ketidakpastian di kalangan konsumen dan pelaku bisnis. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan keuangan dan rencana investasi di masa depan.
Perluasan aset di saat suku bunga acuan BI naik bisa dilakukan dengan menabung deposito yang keuntungannya bersaing dibanding dengan aset rendah risiko lainnya.
Ketika BI rate naik, kesempatan untuk mendapatkan keuntungan besar dari menabung di bank atau berinvestasi menjadi lebih besar.
Peluang keuntungan tersebut bisa didapatkan dengan memilih aset terkena dampak kenaikan suku bunga BI, salah satunya adalah deposito.
Menabung deposito di BPR saat suku bunga BI naik merupakan salah satu keputusan keuangan yang bisa diambil dalam ketidakpastian ekonomi global.
Alasan pertama yang membuat menabung deposito di BPR menjadi reaksi yang tepat terhadap dampak kenaikan suku bunga BI terhadap perekonomian adalah return yang sangat menarik.
Adapun risiko investasi hampir tidak ada, namun memberikan reward tinggi yaitu return yang lebih tinggi daripada deposito bank umum dan reksa dana.
Hasil return Investasi deposito di BPR bahkan bisa bersaing dengan Surat Berharga Negara (SBN) dan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).
Alasan kedua adalah tersedianya lebih dari 200 mitra BPR yang sudah terseleksi dan memenuhi kualifikasi investasi deposito.
Alasan ketiga adalah seluruh BPR tergabung telah terdaftar menjadi peserta penjaminan LPS dengan jaminan hingga 2 miliar rupiah per nasabah per bank.
1. Buka aplikasi DepositoBPR by Komunal.
2. Masuk ke akun DepositoBPR dan pilih produk investasi sesuai kebutuhan.
3. Menuju bagian ‘Peluang’ dan pilih tenor berinvestasi.
4. Cek detail deposito.
5. Ajukan deposito dan isi nominal yang ingin diinvestasikan.
6. Kemudian, baca dokumen persetujuan investasi dan membubuhkan tanda tangan.
7. Masukkan kode OTP yang dikirimkan visa SMS.
8. Pilih metode pembayaran dan tunggu hingga proses transfer berhasil.
Itu dia dampak BI rate naik yang bisa memberikan keuntungan bagi investor serta menekan tingkat inflasi yang menyebabkan harga barang-barang pokok naik.
Seperti yang disebutkan di atas, salah satu aset investasi yang terkena dampak kenaikan BI rate adalah deposito BPR.
Tertarik investasi deposito? Menabung deposito di DepositoBPR by Komunal bisa menjadi pilihan tepat. Suku bunga tinggi, bahkan menyentuh 6,75% p.a.
Jangan khawatir, DepositoBPR by Komunal sudah tercatat dan diawasi oleh OJK. Jadi, dana investasi yang kamu keluarkan dijamin aman.
Yuk, jadikan keuntungan investasi #MakinMaksimal dengan #SimpananRasaInvestasi dari DepositoBPR by Komunal!
Layanan Pengaduan Konsumen
PT. Komunal Sejahtera Indonesia
Telepon : (+62) 31 9921 0252
WhatsApp : +62-851-6310-6672
Email : [email protected]
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan RI
WhatsApp : +62-853-1111-1010