Inflasi: Pengertian, Jenis dan Dampaknya

blog

Inflasi: Pengertian, Jenis dan Dampaknya

Bhaskara Chandra Prasetya

29 Januari 2024

Apa itu inflasi? Apa dampak inflasi pada ekonomi? Apa saja macam-macam inflasi?


Dalam kamus ekonomi dan keuangan, pasti kalian sering mendengar kata inflasi serta pertanyaan-pertanyaan di atas. Atau mungkin kalian pernah bertanya-tanya kenapa bisa sampai terjadi krisis ekonomi global?


Apa hubungannya krisis ekonomi global dengan inflasi keuangan?Mengapa harga barang bisa naik dan turun? Apa yang menyebabkan suku bunga anjlok? Dan mungkin berbagai pertanyaan lain yang sering muncul di benak kalian.


Sebenarnya, pertanyaan-pertanyaan di atas sangat berhubungan erat dengan istilah inflasi. Agar tidak semakin bingung, kali ini kita kupas tuntas tentang inflasi.


Apa itu inflasi?


Sebelum kita beranjak lebih jauh, ada baiknya untuk memahami pengertian dari inflasi itu sendiri. Menurut Putong (2013), inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program sistem pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan lain sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat.


Sedangkan menurut Dana Moneter Internasional (IMF), inflasi adalah tingkat kenaikan harga atau biaya hidup di suatu negara selama periode waktu tertentu.


Adapun KBBI mengartikan inflasi sebagai kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.


Baca Juga: Pengertian, Rumus, dan Cara Menghitung Laju Inflasi, Simak!

Jenis-Jenis Inflasi


Berikut merupakan jenis-jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahan, sifat, dan asalnya


1. Berdasarkan tingkat keparahannya


a. Inflasi Ringan


Inflasi ringan masih bisa dikatakan sebagai inflasi keuangan umum dan wajar, karena kenaikan harga barang tidak begitu drastis, sehingga tidak mengganggu perekonomian suatu negara secara signifikan. Inflasi ringan memiliki nilai di bawah 10% per tahun.


b. Inflasi Sedang


Inflasi sedang dikatakan cukup membahayakan kondisi perekonomian suatu negara, karena dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Inflasi sedang memiliki nilai di antara 10 hingga 30% per tahun.


c. Inflasi Berat


Inflasi berat terbilang berbahaya dan dapat mengacaukan struktur perekonomian suatu negara. Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak ingin lagi menabung di bank, akibat suku bunga yang anjlok dibandingkan laju inflasi. Inflasi berat memiliki rentang nilai di antara 30 hingga 100% per tahun.


d. Inflasi Sangat Berat


Inflasi sangat berat terbilang mustahil untuk dikendalikan, sehingga dapat menyebabkan hancurnya perekonomian suatu negara. Inflasi keuangan sangat berat juga dapat menimbulkan kondisi instabilitas politik lainnya, seperti penggulingan rezim penguasa. Inflasi sangat berat memiliki rentang nilai >100 % per tahun.




2. Berdasarkan sifatnya


a. Inflasi Merayap


Inflasi keuangan merayap memiliki laju yang rendah, kenaikan harga barang berjalan lambat dan persentase terbilang kecil, serta terjadi pada periode yang lama.



b. Inflasi Menengah


Inflasi keuangan menengah ditandai dengan adanya kenaikan harga yang relatif tinggi, berjalan dalam jangka waktu menengah, dan memiliki sifat akselerasi. Sifat akselerasi berarti harga barang naik secara dinamis, yaitu harga pada bulan atau minggu ini lebih tinggi dibandingkan bulan atau minggu sebelumnya.


c. Inflasi Tinggi


Inflasi keuangan tinggi memiliki tingkat keparahan yang mustahil untuk dikendalikan, sehingga menyebabkan masyarakat enggan menabung di bank, akibat suku bunga yang rendah. Kondisi inflasi keuangan tinggi dapat dipicu oleh pemerintah yang mengalami defisit anggaran belanja maupun ketika berada dalam situasi perang.


3. Berdasarkan asalnya


a. Inflasi dari dalam negeri


Inflasi keuangan jenis ini dipicu oleh pemerintah yang mengalami defisit anggaran belanja, situasi gagal panen pada negara agraris, dan sebagainya.



b. Inflasi dari luar negeri


Inflasi keuangan satu ini dapat terjadi karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang impor. Inflasi jenis ini umumnya melanda negara-negara berkembang.



Penyebab Inflasi


1. Faktor permintaan (demand pull inflation)


Permintaan ini muncul akibat bertambahnya jumlah uang beredar dalam jangka pendek. Alhasil, suku bunga mengalami penurunan, sehingga jumlah konsumsi dan investasi menjadi meningkat drastis. Dengan banyaknya peredaran uang dalam jangka pendek tersebut, pada akhirnya mengakibatkan naiknya harga barang secara signifikan.



2. Faktor penawaran (supply shock inflation)


Secara sistematis, faktor penawaran dimulai dengan adanya peningkatan harga penawaran atas suatu barang, termasuk barang-barang yang harus diimpor maupun barang-barang yang secara harga dikendalikan oleh pemerintah, seperti BBM dan tarif dasar listrik. Kenaikan harga yang berlangsung secara terus-menerus ini pada akhirnya memicu terjadinya inflasi di suatu negara. 


3. Faktor campuran (mixed inflation)


Faktor campuran disebebkan oleh tiga faktor, yaitu adanya kenaikan permintaan maupun penawaran secara bersamaan, perilaku permintaan dan penawaran tidak seimbang, ataupun permintaan terhadap barang dan jasa bertambah. Hal ini menyebabkan faktor produksi dan ketersediaan barang menjadi turun, sedangkan barang komplementer akan dikurangi bahkan dihilangkan. Kelangkaan barang ini pada akhirnya memicu para penjual untuk menaikkan harga barang secara drastis.


4. Faktor ekspektasi (expected inflation)


Harapan atau ekspetasi masyarakat terhadap kemajuan perekonomian tersebut memungkinkan menyebabkan terjadinya demand pull inflation ataupun cost push inflation, yang kemudian dapat memicu terjadinya inflasi.


Cara Mengatasi Inflasi


Sebagaimana dilansir dari laman CNN Indonesia, terdapat sedikitnya tiga hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya inflasi di suatu negara.




1. Kebijakan fiskal


Beberapa kebijakan fiskal yang bisa diterapkan oleh pemerintah, misalnya adalah meningkatkan tarif pajak, menekan anggaran belanja pemerintah, dan melakukan pinjaman.



2. Kebijakan moneter


Kebijakan moneter atau kebijakan keuangan bisa dilakukan dengan menambah ataupun mengurangi jumlah uang yang beredar, salah satunya dengan melakukan kebijakan operasi pasar terbuka, sehingga dapat mengendalikan jumlah uang beredar.


3. Kebijakan non-fiskal dan non-moneter


Selain menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, pemerintah juga dapat memberlakukan beberapa cara lainnya untuk mengatasi inflasi di suatu negara, yaitu:


a. Menambah hasil produksi


Pemerintah dapat menerapkan beberapa kebijakan yang dapat memudahkan para pengusaha dalam hal produksi barang. Hal ini pada akhirnya menyebabkan jumlah produksi menjadi meningkat, sehingga jumlah barang yang beredar di masyarakat menjadi meningkat. Peningkatan jumlah barang beredar ini kemudian memicu perputaran uang yang cepat dan banyak, sehingga kembali menjadi seimbang.



b. Menstabilkan pendapatan masyarakat


Sejumlah masyarakat tentunya menginginkan adanya peningkatan pendapatan. Namun demikian, apabila hal tersebut tidak diiringi dengan tingginya jumlah permintaan akan barang, maka hal tersebut dapat memicu terjadinya inflasi keuangan. Sehingga, pemerintah harus dapat menjaga pendapatan masyarakat pada nominal yang stabil. Ataupun jika memang jumlah pendapatan meningkat, maka daya beli masyarakat juga harus ikut meningkat, sehingga menjadi seimbang.


c. Mempermudah masuknya barang impor


Mengingat tidak semua barang dapat diproduksi di dalam negeri, maka pemerintah seharusnya dapat membuat kebijakan untuk mempermudah masukya barang impor. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meringankan pajak dan memudahkan perizinan barang masuk.


d. Melakukan investasi


Investasi dapat menekan jumlah uang beredar di masyarakat, karena uang yang diinvestasikan akan disimpan di dalam bank maupun instrumen investasi lainnya. Hal ini pada akhirnya dapat menekan laju inflasi, karena peredaran uang dapat dikendalikan. Salah satu investasi yang dapat dilakukan adalah melalui instrumen deposito. Untuk memahami lebih dalam mengenai deposito, silakan apa itu deposito?





Nah, sekarang kalian juga bisa menjadi salah satu pejuang untuk menekan laju inflasi keuangan, yaitu dengan cara berinvestasi. Mencari cara menabung yang aman, tenang dan tentunya lebih untung, sebenarnya gampang-gampang susah. Tapi jangan khawatir ya, karena dengan DepositoBPR by Komunal kamu bisa menyimpan uang dengan mendapatkan imbal return hingga 6% p.a. Sudah aman, lebih untung lagi!


Tunggu apalagi, yuk, mulai deposito sekarang!

share

Bagikan

Layanan Pengaduan Konsumen

PT. Komunal Sejahtera Indonesia

Telepon : (+62) 31 9921 0252

WhatsApp : +62-851-6310-6672

Email : [email protected]

Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan RI

WhatsApp : +62-853-1111-1010

woman
Powered By
komunal-footer