blog
DepositoBPR by Komunal
30 November 2023
Baru-baru ini, Silicon Valley Bank bangkrut, bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat spesialis pemberi pinjaman start-up dikabarkan mengalami kejatuhan. SVB sendiri merupakan bank dengan aset total mencapai 3000 triliun yang secara nilai melebihi aset bank terbesar di Indonesia. Runtuhnya SVB ini diumumkan langsung oleh Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) - sebuah lembaga penjamin simpanan, pada Jum’at, 10 Maret 2023 lalu.
Pada awalnya, SVB menerima deposito dengan jumlah besar ketika berbagai start-up mendapatkan kucuran dana dari venture capital. Deposito tersebut kemudian diinvestasikan oleh SVB dalam bentuk obligasi. Namun secara tiba-tiba, FED (Federal Reserve System) atau Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga, sehingga menyebabkan SVB mengalami banyak kerugian.
Untuk mempertahankan likuiditasnya, SVB kemudian menjual rugi saham obligasi yang dimilikinya hingga US$ 1,8 miliar, sebuah langkah yang berimbas pada menurunnya kepercayaan publik.
Kondisi ini diperparah saat salah seorang Venture Capitalist menyarankan sejumlah start-up untuk menarik dananya dari SVB. Di saat itulah SVB kelimpungan mengembalikan dana nasabah yang ditarik pada saat bersamaan. Sehingga menyebabkan Silicon Valley Bank bangkrut.
Indikasi jatuhnya SVB semakin terlihat pada hari Rabu, 8 Maret 2023 lalu, ketika SVB mengumumkan bahwa pihaknya perlu mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar untuk menopang neraca keuangannya.
Melihat kondisi SVB yang mengkhawatirkan, sebagian besar retailer kemudian menarik simpanannya dari SVB dalam satu waktu dengan jumlah mencapai US$ 42 miliar. Hal inilah yang memicu turbulensi hebat dalam neraca keuangan SVB hingga pada akhirnya jatuh.
Akhirnya, pada hari Jum’at, 10 Maret 2023, Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) mengumumkan bahwa SVB resmi ditutup dengan total saldo kas negatif mencapai US$ 958 juta.
Belajar dari kasus Silicon Valley Bank bangkrut adalag penting bagi investor untuk melakukan diversifikasi investasi, sehingga tidak hanya mengandalkan satu instrumen. Sederhananya, jika Anda menaruh seluruh uang pada satu instrumen investasi dan seketika mengalami kerugian, maka kerugian tersebut bersifat absolut karena memakan semua dana Anda.
Dalam kasus investasi deposito misalnya, penting bagi Anda untuk memilih menempatkan dana pada bank yang memang mematuhi standar yang ditetapkan. Di Indonesia sendiri standar ketetapan tersebut diatur sepenuhnya oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) - yang memiliki fungsi serupa dengan FDIC di Amerika Serikat.
Pada dasarnya, LPS memberikan jaminan terhadap produk deposito hingga Rp 2 miliar per nasabah per rekening deposito. Dengan kata lain, jika Anda menemukan bank yang menawarkan produk deposito lebih dari Rp 2 miliar, maka kelebihan dana tersebut tidak dijamin oleh LPS dan menjadi risiko yang harus ditanggung oleh Anda pribadi.
Sementara itu, pada kasus Silicon Valley Bank bangkrut, FDIC juga memberikan jaminan serupa, yaitu menjamin simpanan deposito dalam bentuk asuransi hingga US$ 250.000. Dari kasus jatuhnya SVB, sebagaimana laporan dari Forbes.com, banyak deposan memiliki jumlah deposito yang melebihi batas simpanan asuransi yang ditentukan oleh FDIC. Akibatnya, saat terjadi turbulensi neraca keuangan, deposito mereka tidak terselamatkan.
Di Indonesia sendiri, LPS merupakan penjamin tunggal bagi seluruh produk keuangan perbankan, termasuk produk deposito BPR (Bank Perekonomian Rakyat). Ketika bank peserta penjaminan LPS mengalami kebangkrutan, dana nasabah tetap aman dengan catatan jumlahnya tidak melebihi 2 milyar.
Faktanya, aset LPS saat ini mencapai 200 triliun atau 17,6% lebih besar dibandingkan aset total 1500 BPR di seluruh Indonesia yang hanya sebesar 170 triliun. Pada kasus-kasus likuidasi BPR yang nakal, LPS berhasil menyelamatkan dana nasabah hanya dalam kurun waktu kurang dari 30 hari.
Deposito terdiri atas dua jenis, yaitu deposito bank umum dan BPR. Bedanya adalah bank umum menawarkan produk deposito dengan suku bunga hingga 4,25% p.a sesuai ketetapan LPS.
Sedangkan BPR menawarkan produk deposito yang secara imbal hasil lebih tinggi, yaitu mencapai 6,75% p.a. sesuai dengan ketentuan LPS. Namun demikian, Anda sebagai deposan juga harus cerdas dalam memilih BPR tujuan, karena tidak semua BPR memberikan suku bunga di angka 6,75% p.a. Itulah mengapa penting bagi Anda untuk memiliki banyak referensi sebelum memulai deposito.
Jika Anda memegang teguh prinsip low risk high return, maka deposito BPR adalah instrumen investasi yang tepat untuk Anda, karena memberikan return tinggi hingga 6,75% p.a yang seluruhnya dijamin aman oleh LPS.
Bagi Anda yang berniat untuk memulai melakukan penempatan deposito di BPR namun masih bingung memilih BPR yang tepat, saat ini sudah tersedia platform DepositoBPR by Komunal membantu nasabah dengan menyeleksi BPR terpilih yang secara keuangan sehat dan stabil, sehingga aplikasi ini dapat menjadi pilihan yang aman dan nyaman untuk melakukan diversifikasi investasi ke 200+ BPR di seluruh Indonesia. Melalui platform ini Anda bisa melakukan penempatan kapanpun dan dimanapun hanya lewat satu aplikasi.
Layanan Pengaduan Konsumen
PT. Komunal Sejahtera Indonesia
Telepon : (+62) 31 9921 0252
WhatsApp : +62-851-6310-6672
Email : [email protected]
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan RI
WhatsApp : +62-853-1111-1010